Skip to main content

Kenapa Mesti Bayar Pajak? Infak Saja Cukup Kok!

© Breakingpic
Beberapa waktu lalu, saya disibukkan dengan urusan pajak karena nama saya tidak tertera di kantor pajak dan NPWP saya pun dibilang sudah tidak aktif. Padahal, saya rutin membayar pajak dan ketika akan melapor, petugas pajak yang sepertinya masih newbie pun menjawab, “Aduh, saya juga nggak ngerti. Kok bisa ya nama Mbak nggak terdaftar di sini.”
Akhirnya, saya pun harus mendaftar NPWP baru. Nah, yang saya pertanyakan adalah ke manakah mengalirnya uang pajak yang selama ini saya setorkan? Hanya Tuhan yang tahu. 
Sebagai orang yang dibesarkan dalam lingkungan Islam, saya memahami bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk membayarkan infak sebesar 2,5 persen dari seluruh penghasilan yang diperoleh. Kalau dibandingkan dengan wajib pajak yang besarannya berkisar antara 5 sampai 30 persen, tentu jauh berbeda.
Padahal, jika seluruh muslim membayar pajak sebesar 2,5 persen saja, saya pikir sudah bisa mencukupi kebutuhan orang-orang kurang mampu di lingkungan kita. Dengan begitu, pemerintah nggak perlu repot-repot menghabiskan dana triliunan rupiah hanya untuk menjalankan program penanggulangan kemiskinan yang sampai hari ini masih digalakkan.
Nggak percaya? Saya sudah membuktikannya sendiri. Setiap bulan, saya membayarkan infak sebesar 2,5 persen dari penghasilan saya (tidak usah disebutkanlah ya berapa penghasilan saya). Dari infak yang nggak seberapa itu, saya bisa memberikan bantuan kepada 30 kepala keluarga yang menurut pengakuan mereka bisa cukup untuk makan selama seminggu sampai sebulan (rata-rata berisi 4 orang anggota keluarga). Biasanya, saya membayarkan infak tidak dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk sembako yang masing-masing berisi 5 kilogram beras, 1 liter minyak goreng, ½ kilogram gula pasir, 1 sachet garam, dan 1 kilogram telur.
Nah, kalau infak dari satu orang saja bisa memberi makan 30 keluarga, bagaimana jika seluruh masyarakat Indonesia membayar pajak yang nilainya jauh lebih besar dari infak?
Mengutip laman CNN Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik per Maret 2019, tercatat ada 25,14 juta penduduk miskin di Indonesia. Kalau satu orang bisa memberikan bantuan kepada 30 orang, maka dibutuhkan 838 ribu orang yang bersedia memberikan 2,5 persen penghasilannya untuk menutupi kebutuhan primer penduduk miskin tersebut. Sementara itu, dari 205 juta penduduk Indonesia, dilaporkan setidaknya ada 88,1 persen penduduk yang beragama Islam. Artinya, ada sekitar 108 juta orang yang beragama Islam di Indonesia. Jumlah tersebut justru melebihi jumlah kebutuhan pemberi infak yang saya sebutkan tadi. Nah, kalau semua penduduk Indonesia taat pajak, maka Indonesia niscaya akan sejahtera.
Tapi, apa yang terjadi?
Mengutip laman CNBC Indonesia, hingga Juli 2018, masih ada 27 persen dari total wajib pajak di Indonesia yang tidak membayarkan pajaknya atau melaporkan surat pemberitahuan tahunan (SPT). Artinya, ada sekitar 72,6 juta orang yang tidak membayarkan pajak mereka. Kira-kira, berapa banyak uang yang sebenarnya bisa digunakan untuk menanggulangi kemiskinan jika semua penduduk Indonesia taat pajak? Hitung sendiri ya, saya capek menghitung melulu :-D
Dari hitung menghitung ini, dapat disimpulkan bahwa besaran wajib pajak di Indonesia sebenarnya sudah sangat cukup untuk membuat rakyat Indonesia bisa hidup di atas garis kemiskinan. Sayangnya, masih banyak orang Indonesia yang mempunyai mental miskin sehingga menyisihkan uang untuk infak dan pajak saja susahnya minta ampun.
Jadi, kamu mau jadi orang yang punya mental kaya atau miskin? Yuk, bayar infak dan pajak!

Comments

Bacaan Populer

Spiritual Awakening, Apakah Kamu Sedang Mengalaminya?

Bagi sebagian orang, istilah spiritual awakening mungkin terdengar asing. Tapi, bisa jadi mereka semua pernah atau bahkan sedang mengalaminya. Beberapa orang menyebutnya dengan istilah “pencerahan” atau “kebangkitan spiritual”, sebagian lagi menyebutnya “kesadaran spiritual”. Dalam tulisan ini, saya akan menyebutnya sebagai kesadaran spiritual karena bagi saya, setiap orang sudah mengalami perjalanan spiritual sejak lahir. Namun, tidak semua orang menyadarinya.  Sebagian orang mungkin akan merasakan kedamaian tersendiri saat mengalaminya, tapi ada juga sebagian orang yang justru merasakan hal-hal lain di luar kendali, seperti merasa ada yang berbeda dengan dirinya sendiri, kemelut pikiran dan hati, sampai merasakan adanya gangguan mental yang sering kali dianggap sebagai penyakit. Untuk lebih memahaminya, mari kita perjelas dulu batasan kesadaran spiritual ini! Spiritual Awakening © Retha Ferguson via Pexels Apa itu kesadaran spiritual? Ketika seseorang melalui kesadar...

Apakah Kamu Seorang Empath?

Pernah merasa cemas, sedih, atau marah tanpa sebab yang pasti? Atau bahkan merasakan gejala fisik yang kuat tanpa alasan logis? Mungkin, kamu adalah seorang empath. Sebelum mengenal diri saya sebagai empath, saya selalu merasa ada yang salah dengan diri saya. Terlebih, saya juga pernah disinyalir menderita kepribadian ganda di usia muda. Namun, pada saat itu, saya berpikir bahwa itu hanya sebagian kisah dari pencarian jati diri. Setelah berkelana sampai ke palung diri yang paling dalam dan bertemu sesama empath, saya pun sadar bahwa kami punya gift yang cukup unik dan mungkin tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Sebelum mengenal diksi empath, saya lebih sering menyebut diri saya sebagai “energian”, yaitu orang yang punya sensitivitas tinggi terhadap energi. © Pixabay via Pexels Empath dan HSP Empath adalah orang yang sangat peka terhadap emosi orang-orang di sekitarnya sehingga merasakan emosi tersebut di dalam dirinya. Seorang empath cenderung melihat dunia secara berb...

Bukan Cuma Indigo yang Punya Sixth Sense

Beberapa kali saya tidak sengaja meramal kedatangan bencana atau kematian dan sering kali pula saya mengajukan pernyataan yang tepat saat pertama kali bertemu dengan orang-orang baru. Respon mereka rata-rata sama. Sama-sama bertanya, “Kamu indigo?” Padahal, tidak semua orang yang memiliki sixth sense atau indera keenam termasuk ke dalam kategori indigo. Ada juga beberapa jenis karakteristik jiwa yang dianugerahi kelebihan serupa. Nah, kalau kamu juga merasa atau sering disebut indigo, coba kenali karakteristikmu yang sesungguhnya. Apakah memang benar-benar indigo atau bukan.  © Pexels #1: Indigo Istilah anak indigo muncul pada era 1960-an dan 1970-an, periode revolusioner ketika terjadi perubahan dalam kesadaran dunia. Orang-orang indigo adalah orang yang tenang dan cinta damai. Mereka tidak menggunakan kekerasan untuk menaklukkan energi negatif, melainkan cahaya yang kemudian kita sebut aura. Mereka sangat sensitif baik secara emosional maupun lingkungan, serta dila...

Past Life Bukan Omong Kosong, Ini 11 Tanda Kamu Pernah Mengalaminya

Ketika kita memahami reinkarnasi sebagai pendewasaan atau evolusi energi jiwa, sebagian dari kita secara intuitif mengalami hal-hal yang berbeda dalam hidup yang mencerminkan usia energi yang dikenal sebagai jiwa.  Semakin kita dewasa, semakin kita berbakat dalam bidang kehidupan tertentu, maka semakin sering pula kita mengalami pengalaman kebangkitan spiritual. Berikut ini adalah beberapa tanda kalau kamu pernah bereinkarnasi. Past Life © Mike via Pexels #1: Mimpi berulang Mimpi adalah cerminan dari pikiran alam bawah sadar, sedangkan mimpi berulang-ulang kadang-kadang menandakan trauma, ketakutan, atau masalah yang sedang diproses oleh otak sebagai “urusan yang belum selesai”.  Mimpi berulang berpotensi menjadi refleksi dari pengalaman kehidupan masa lalu. Banyak orang mengklaim telah mengalami peristiwa tertentu, melihat orang tertentu, atau sering pergi ke tempat-tempat tertentu dalam mimpi mereka yang terasa sangat familiar.  Misalnya, saya sering kali...

Dalam Penciptaan Hawa, Tuhan Tak Patriarkis

Baru-baru ini, teman baik saya mengirimkan thread Twitter soal Hawa yang mendorong saya untuk kemudian mengenal perempuan pertama di muka bumi ini secara lebih dekat.  Sebagian dari kita mungkin sudah mendengar kisah bagaimana Adam diciptakan dan diperkenalkan kepada makhluk Tuhan lainnya semasa di surga. Bahkan, beberapa literatur menyebutkan bahwa Adam hidup sampai 930 tahun. Lalu, bagaimana dengan Hawa? Bagaimana ia diciptakan, diturunkan ke bumi, sampai akhirnya melahirkan manusia-manusia lainnya di muka bumi ini? © Luis Quintero from Pexels Benarkah Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam? Menurut tradisi Yahudi , Adam dikecam sebelum dia dipertemukan dengan Hawa. Dalam buku abad pertengahan yang berjudul The Alphabet of Ben-Sira, disebutkan bahwa istri pertama Adam adalah Lilith yang marah dan kemudian bersekutu dengan setan sehingga Tuhan mengecamnya dan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam. Konsep inilah yang kemudian mengonstruksi anggapan bahwa Hawa (perempu...