Merasa tidak bahagia dalam suatu hubungan, tapi tidak bisa berkata “tidak” saat pasangan tetap ingin melanjutkan hubungan? Bisa jadi, kamu terjebak dalam toxic relationship.
Akhir-akhir ini, banyak sekali teman yang curhat soal hubungan mereka. Mulai dari pertengkaran yang intens sampai komunikasi yang tidak sehat, bahkan rasa dendam dalam hubungan mereka. Namun, bagaimana pun perasaan para perempuan ini saat merasa tidak dicintai dan dihargai, alasan pertengkaran adalah hal normal selalu mematahkan semangat mereka untuk berhenti melanjutkan hubungan.
Jika kamu dalam kondisi yang sama, yuk sadari hal-hal berikut ini.
© Pexels |
#1: Hubungan yang sehat nggak akan membuatmu lelah
Pertengkaran adalah hal biasa dalam sebuah hubungan. Tapi, hubungan yang sehat tidak akan membuat pertengkaran menjadi sebuah kebiasaan atau sesuatu yang tidak terselesaikan dalam jangka waktu yang lama.
Dalam hubungan yang sehat, kamu dan pasangan tidak akan pernah memikirkan kata “pisah” karena kalian sama-sama ingin membangun hubungan yang langgeng. Jika akhir-akhir ini kamu sudah sering menginginkan perpisahan, bisa jadi kamu sudah mulai memasuki toxic relationship.
Tapi, bukan cuma itu. Apakah setiap pertengkaran selalu diatasi dengan komunikasi kedua belah pihak atau justru hanya salah satu pihak yang mengalah?
Jika kalian sama-sama berupaya untuk berubah menjadi lebih baik, maka pertengkaran bukan tanda bahwa kamu berada di dalam hubungan yang tidak sehat. Tapi, jika kamu merasa terus berjuang sendirian, berubah lebih baik tanpa penghargaan sedikit pun dari pasangan, atau merasa ada kompetisi yang tidak sehat di antara kalian, saatnya memikirkan kembali hubungan kalian.
Dari sekian banyak teman yang curhat, hampir semuanya berbicara soal harapan akan perubahan baik pada diri pasangan. Kebanyakan perempuan mengira perubahan baik yang mereka lakukan bisa berdampak pula pada perubahan baik pasangan. Faktanya, pasangan yang baik tidak akan membuat pasangannya menunggu perubahan kecil yang diharapkan.
Kalau hanya untuk mengubah kebiasaan telat antar-jemput atau membiasakan diri bangun pagi saja sudah susah, bagaimana bisa kamu mengharapkan perubahan baik yang lebih besar?
Meski kecil, kebiasaan-kebiasaan yang tidak kamu sukai ini tentu akan membuatmu jengkel dan lambat laun membuatmu frustrasi dengan kata “maaf” yang selalu keluar setiap kali kamu bertindak tegas. Jadi, daripada memaafkan berulang kali dan begitu seterusnya sampai kamu merasa lelah, hentikan dari sekarang!
“Healthy relationships are based on a mutual desire to see the other succeed in all areas of life,” -- Caraballo.
#2: Hubungan yang sehat akan membuat kamu merasa aman
Ketika seorang perempuan merasa aman dalam sebuah hubungan, dia tidak akan takut untuk mengekspresikan perasaannya. Bersikap cerewet, kelihatan jengkel, atau bahkan marah-marah akan dilakukan jika itu perlu karena dia yakin pasangannya akan bisa menerima sikap-sikap tersebut jika alasannya berterima.
Sayangnya, tidak semua pasangan bisa menerimanya. Ada juga pasangan yang merasa tidak dihargai, disudutkan, atau bahkan merasa tidak dicintai ketika perempuan bersikap demikian. Alih-alih mengekspresikan diri, dalam kondisi seperti ini, perempuan justru akan merasa tidak aman saat akan berekspresi sehingga memilih diam atau pergi menjauh untuk menghindari konflik.
Jika kamu berada dalam situasi seperti ini, cobalah untuk berkomunikasi dengan pasangan tentang perasaan insecure tersebut. Jika pasangan malah bereaksi negatif, sudah jelas bahwa kamu berada di dalam hubungan yang tidak sehat.
#3: Selain komunikasi, penghargaan adalah hal penting dalam hubungan
Bagi sebagian orang, penghargaan mungkin berbentuk kalimat verbal seperti “Kamu cantik banget pakai baju itu!” atau “Wah, kamar kamu rapi banget!”
Lebih dari itu, penghargaan adalah sebuah sikap untuk menjaga perasaan, pikiran, upaya, dan perubahan yang dilakukan oleh pasangan. Misalnya, jika kamu sudah berusaha untuk mengubah amarah menjadi kesabaran, pasangan yang baik tidak hanya akan memujimu untuk kemudian mengulang kesalahannya dan kembali membuatmu marah. Pasangan yang baik justru akan memberikan penghargaan dengan bersikap lebih baik, tidak mengulang kesalahan yang sama, dan melakukan perubahan baik lainnya.
Contoh lain yang mungkin sering dialami kaum perempuan yang sudah menikah adalah perilaku tidak menghargai hasil beres-beres istri. Masalah simpan-handuk-di-mana-saja atau rumah berantakan saat istri tak ada di rumah sepertinya menjadi masalah yang sering dianggap “normal”, bahkan sepele oleh kaum laki-laki. Apalagi, mayoritas masyarakat Indonesia masih berpikiran patriarkis dan menganggap wajar jika laki-laki tidak bisa mengerjakan urusan rumah. Padahal, seorang perempuan bisa saja merasa terbebani dan frustrasi karena hal ini.
Menjaga kebersihan rumah tentu bukan hanya tugas istri, suami juga punya tugas bersama untuk menjaganya. Jadi, jika pasangan sudah membuat kamu uring-uringan hanya karena dia bersikap bodo amat dan menghindar saat kamu memintanya bekerja sama, saatnya membicarakan hal ini secara serius dengan pasangan. Jika reaksinya negatif, kamu sudah tahu jawabannya. It’s toxic!
#4: Semuanya hanya tentang kamu atau dia, tidak ada kita
Jika kamu atau pasangan sudah mulai berpikir terus tentang kebutuhan diri sendiri, saatnya memikirkan kembali hubungan kalian. Pasangan yang baik tentu tidak hanya akan memikirkan kebutuhan dirinya sendiri. Ada kebutuhan pasangan yang juga harus dipenuhi.
Kebutuhan ini tentu bukan sekadar kebutuhan fisik. Kebutuhan untuk didengar, diapresiasi, atau bahkan perhatian romantis yang hanya ada pada beberapa bulan saat kencan pertama juga bisa jadi pemantik yang membuat perempuan merasa sudah tidak dicintai.
Bagi kebanyakan laki-laki, perhatian dalam hubungan mungkin terasa tidak dibutuhkan lagi jika hubungan sudah berjalan cukup lama. Laki-laki cenderung berjarak dan merasa “aman” ketika hubungan sudah berjalan lebih dari setahun. Tapi, bagi kebanyakan perempuan, perhatian yang sama tetap dibutuhkan agar hubungan berjalan baik.
Perubahan “dari yang dulunya perhatian sekarang cuek” bukanlah hal biasa yang dengan mudah dianggap wajar. Hubungan yang sehat bukan membuat jarak, melainkan tanpa jarak. Hubungan yang sehat bukan membuat seseorang merasa aman untuk berbuat apa saja, melainkan semakin berhati-hati agar pasangan merasa aman.
#5: Cara tiap orang mencintai itu berbeda-beda, tapi apakah cocok denganmu?
Setiap orang punya cara berbeda-beda untuk menunjukkan rasa cintanya. Ada yang menunjukkannya lewat perhatian, hadiah-hadiah kecil, kejutan romantis, atau bahkan melakukan hal-hal yang dianggap “terlalu keras” untuk membuat pasangan menjadi lebih baik.
Tidak ada yang salah dengan cara mencintai siapa pun. Jadi, kamu tidak perlu merasa bersalah jika cara pasangan mencintaimu tidak cocok dengan pikiran dan perasaanmu. Jika kamu menginginkan seseorang yang setiap hari menghubungimu tanpa perlu diminta, saatnya kamu ungkapkan keinginanmu terhadap pasangan. Jangan lagi memberi kode karena kebanyakan laki-laki tidak bisa membaca kode-kode rumit yang hanya bisa dibuat oleh perempuan.
Jika dia bisa mengubah caranya mencintaimu, saatnya kamu bertanya tentang bagaimana kamu mencintai pasanganmu. Komunikasikan segalanya dengan terbuka agar kalian bisa menemukan kecocokan cara mencintai satu sama lain. Jika salah satu dari kalian merasa terbebani dengan masing-masing ekspektasi cara mencintai pasangan, saatnya pikirkan kembali hubungan kalian.
Jadi, apakah kamu berada di dalam toxic relationship?
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteMenyentuh, dalam, lengkap sekali tulisannya kak. Terimakasih inspirasinya.......Masyaallaah
ReplyDeleteHalo, Kak Ana. Terima kasih sudah berkunjung ke laman #PerempuanSufi. Semoga tulisan selanjutnya bisa meginspirasi kembali.
DeleteSalam hangat
;-)