Skip to main content

Bagaimana Cara Melakukan Meditasi yang Benar?

Beberapa waktu lalu, seorang Sahabat Sufi sempat bertanya soal bagaimana cara melakukan meditasi yang benar; apakah diperlukan suatu teknik untuk mengatur napas dan memfokuskan pikiran saat meditasi?
The National Center for Complementary and Alternative Medicine mendefinisikan meditasi sebagai metode pikiran-tubuh yang menggunakan berbagai teknik yang dirancang untuk memfasilitasi kapasitas pikiran untuk memengaruhi fungsi dan gejala tubuh. Dalam pandangan ini, orang yang bermeditasi perlu memusatkan perhatiannya pada pikiran, perasaan, dan sensasi yang dialaminya.
Cambridge Dictionary mendefinisikan meditasi sebagai tindakan untuk memberikan perhatian atau fokus pada satu hal, baik sebagai aktivitas keagamaan maupun cara untuk menjadi tenang dan santai.
Bagi saya, meditasi sama halnya dengan ibadah; kita mungkin bisa menentukan langkah-langkah teknis yang perlu dilakukan, tapi tidak mungkin untuk menerjemahkan hasil latihan spiritual ini ke dalam satu narasi atau menentukan benar atau tidaknya berdasarkan satu parameter.
Manfaat Meditasi
Meditasi © Tina Nord from Pexels
Meditasi dan pikiran
Saat meditasi, apakah kita harus fokus pada satu hal atau membiarkan pikiran mengalir begitu saja?
Pada awalnya, saya melakukan upaya yang cukup keras untuk memfokuskan pikiran pada satu hal saat meditasi. Tapi, alih-alih fokus, pikiran saya malah jadi capek karena berusaha untuk fokus. Hasilnya, bukan ketenangan yang saya dapatkan, melainkan kelelahan. Mungkin sebagian dari kamu juga mengalami hal ini. No problem, it’s natural!
Seiring berjalannya waktu, saya pun memahami bahwa meditasi bukan tentang bagaimana kita melakukan suatu hal; melainkan bagaimana kita melepaskan suatu hal. Bukan tentang bagaimana kita menjadi fokus, melainkan bagaimana kita melepas fokus. Bukan tentang bagaimana kita memegang kendali, melainkan bagaimana kita menyadari.
Mengutip Mindworks, meditasi Buddha mengajarkan kita bahwa mengendalikan pikiran adalah tugas manusia yang paling penting. Tapi, mengendalikan pikiran di sini bukan berarti bagaimana kita benar-benar mengendalikannya; melainkan bagaimana diri manusia menjadi sarana untuk terhubung secara sadar dengan pikiran, keluasan, kebaikan, dan kreativitas sehingga energi yang ada di dalam pikiran kita bisa mengungguli emosi yang ada di dalam pikiran kita.
Artinya, meditasi sebagai latihan spiritual lebih tentang bagaimana bekerja dengan pikiran dan melatih kesadaran. Dengan pikiran yang sadar, kehadiran, ketenangan, perhatian, dan peningkatan kualitas manusia yang berharga seperti empati dan kesabaran pun akan semakin terasa.
Dalam menjalani kehidupan, banyak hal yang berada di luar kendali manusia. Tapi, akan sangat mungkin untuk mengendalikan tindakan dan respon kita terhadap hal-hal di luar kendali tersebut. Untuk melakukan respon yang positif, kita perlu menumbuhkan kesadaran tentang bagaimana pikiran bekerja dengan bermeditasi.
Meditasi adalah kesadaran
Ketika bermeditasi, kita mendedikasikan sejumlah waktu dan upaya untuk menjadi setenang yang kita bisa. Untuk melakukannya, kita biasanya memilih objek meditasi seperti napas atau suara-suara alam yang ada di lingkungan sekitar kita.
Saat bernapas, kita akan merasakan kesadaran penuh bahwa kita sedang bernapas. Awalnya, mungkin kita bisa dengan tenang membiarkan diri kita bernapas dengan sadar. Lambat laun, kesadaran ini berkembang dan berubah menjadi pikiran-pikiran atau imajinasi yang berjalan “liar”.
Apakah itu wajar? Ya, itulah pikiran kita. Saat itulah pikiran kita mulai mengeluarkan “suaranya” sehingga kita akan lebih menyadari apa saja yang terdapat di dalam pikiran kita dan bagaimana menghadapinya.
Apakah pikiran-pikiran tersebut harus disingkirkan? Tidak. Untuk melatih kesadaran, justru kita mesti mengenali pikiran kita sendiri, apa saja yang diinginkannya, dan bagaimana ia termanifestasi dalam kehidupan kita. Dengan begitu, kita akan lebih mengenal diri sendiri dan lebih bisa memahami bagaimana seharusnya kita bersikap dan merespon suatu hal di dalam kehidupan.
Memberikan ruang kepada pikiran untuk mengekspresikan diri adalah langkah pertama untuk mengenal pikiran dan belajar memanfaatkan kekuatannya. Ketika menyadari bahwa pikiran kita telah berkelana, maka kita akan kembali menyadari napas dan alunan suara alam lain yang sebelumnya kita resapi. Praktik seperti ini akan terjadi berulang-ulang dan inilah yang kita sebut sebagai latihan kesadaran.
Singkatnya, meditasi bukan tentang benar atau salah; melainkan tentang bagaimana kita belajar mengenal diri sendiri. Jadi, sudah siapkah kamu bermeditasi?

Comments

  1. Credit cards– Credit playing cards like Visa and MasterCard let you instantly pay on your gambling straight from your checking account, most often without being charged any further fees. Live supplier tables are hosted by engaging and chatty presenters you'll be able 퍼스트카지노 to|you possibly can} interact with in real-time, Moreover, tables are open 24/7, could be} a|and there's a} slew of regular and VIP variants on provide. This means the most effective, most immersive stay supplier tables in existence shall be at your disposal.

    ReplyDelete

Post a Comment

Bacaan Populer

Spiritual Awakening, Apakah Kamu Sedang Mengalaminya?

Bagi sebagian orang, istilah spiritual awakening mungkin terdengar asing. Tapi, bisa jadi mereka semua pernah atau bahkan sedang mengalaminya. Beberapa orang menyebutnya dengan istilah “pencerahan” atau “kebangkitan spiritual”, sebagian lagi menyebutnya “kesadaran spiritual”. Dalam tulisan ini, saya akan menyebutnya sebagai kesadaran spiritual karena bagi saya, setiap orang sudah mengalami perjalanan spiritual sejak lahir. Namun, tidak semua orang menyadarinya.  Sebagian orang mungkin akan merasakan kedamaian tersendiri saat mengalaminya, tapi ada juga sebagian orang yang justru merasakan hal-hal lain di luar kendali, seperti merasa ada yang berbeda dengan dirinya sendiri, kemelut pikiran dan hati, sampai merasakan adanya gangguan mental yang sering kali dianggap sebagai penyakit. Untuk lebih memahaminya, mari kita perjelas dulu batasan kesadaran spiritual ini! Spiritual Awakening © Retha Ferguson via Pexels Apa itu kesadaran spiritual? Ketika seseorang melalui kesadar...

Apakah Kamu Seorang Empath?

Pernah merasa cemas, sedih, atau marah tanpa sebab yang pasti? Atau bahkan merasakan gejala fisik yang kuat tanpa alasan logis? Mungkin, kamu adalah seorang empath. Sebelum mengenal diri saya sebagai empath, saya selalu merasa ada yang salah dengan diri saya. Terlebih, saya juga pernah disinyalir menderita kepribadian ganda di usia muda. Namun, pada saat itu, saya berpikir bahwa itu hanya sebagian kisah dari pencarian jati diri. Setelah berkelana sampai ke palung diri yang paling dalam dan bertemu sesama empath, saya pun sadar bahwa kami punya gift yang cukup unik dan mungkin tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Sebelum mengenal diksi empath, saya lebih sering menyebut diri saya sebagai “energian”, yaitu orang yang punya sensitivitas tinggi terhadap energi. © Pixabay via Pexels Empath dan HSP Empath adalah orang yang sangat peka terhadap emosi orang-orang di sekitarnya sehingga merasakan emosi tersebut di dalam dirinya. Seorang empath cenderung melihat dunia secara berb...

Bukan Cuma Indigo yang Punya Sixth Sense

Beberapa kali saya tidak sengaja meramal kedatangan bencana atau kematian dan sering kali pula saya mengajukan pernyataan yang tepat saat pertama kali bertemu dengan orang-orang baru. Respon mereka rata-rata sama. Sama-sama bertanya, “Kamu indigo?” Padahal, tidak semua orang yang memiliki sixth sense atau indera keenam termasuk ke dalam kategori indigo. Ada juga beberapa jenis karakteristik jiwa yang dianugerahi kelebihan serupa. Nah, kalau kamu juga merasa atau sering disebut indigo, coba kenali karakteristikmu yang sesungguhnya. Apakah memang benar-benar indigo atau bukan.  © Pexels #1: Indigo Istilah anak indigo muncul pada era 1960-an dan 1970-an, periode revolusioner ketika terjadi perubahan dalam kesadaran dunia. Orang-orang indigo adalah orang yang tenang dan cinta damai. Mereka tidak menggunakan kekerasan untuk menaklukkan energi negatif, melainkan cahaya yang kemudian kita sebut aura. Mereka sangat sensitif baik secara emosional maupun lingkungan, serta dila...

Past Life Bukan Omong Kosong, Ini 11 Tanda Kamu Pernah Mengalaminya

Ketika kita memahami reinkarnasi sebagai pendewasaan atau evolusi energi jiwa, sebagian dari kita secara intuitif mengalami hal-hal yang berbeda dalam hidup yang mencerminkan usia energi yang dikenal sebagai jiwa.  Semakin kita dewasa, semakin kita berbakat dalam bidang kehidupan tertentu, maka semakin sering pula kita mengalami pengalaman kebangkitan spiritual. Berikut ini adalah beberapa tanda kalau kamu pernah bereinkarnasi. Past Life © Mike via Pexels #1: Mimpi berulang Mimpi adalah cerminan dari pikiran alam bawah sadar, sedangkan mimpi berulang-ulang kadang-kadang menandakan trauma, ketakutan, atau masalah yang sedang diproses oleh otak sebagai “urusan yang belum selesai”.  Mimpi berulang berpotensi menjadi refleksi dari pengalaman kehidupan masa lalu. Banyak orang mengklaim telah mengalami peristiwa tertentu, melihat orang tertentu, atau sering pergi ke tempat-tempat tertentu dalam mimpi mereka yang terasa sangat familiar.  Misalnya, saya sering kali...

Dalam Penciptaan Hawa, Tuhan Tak Patriarkis

Baru-baru ini, teman baik saya mengirimkan thread Twitter soal Hawa yang mendorong saya untuk kemudian mengenal perempuan pertama di muka bumi ini secara lebih dekat.  Sebagian dari kita mungkin sudah mendengar kisah bagaimana Adam diciptakan dan diperkenalkan kepada makhluk Tuhan lainnya semasa di surga. Bahkan, beberapa literatur menyebutkan bahwa Adam hidup sampai 930 tahun. Lalu, bagaimana dengan Hawa? Bagaimana ia diciptakan, diturunkan ke bumi, sampai akhirnya melahirkan manusia-manusia lainnya di muka bumi ini? © Luis Quintero from Pexels Benarkah Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam? Menurut tradisi Yahudi , Adam dikecam sebelum dia dipertemukan dengan Hawa. Dalam buku abad pertengahan yang berjudul The Alphabet of Ben-Sira, disebutkan bahwa istri pertama Adam adalah Lilith yang marah dan kemudian bersekutu dengan setan sehingga Tuhan mengecamnya dan menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam. Konsep inilah yang kemudian mengonstruksi anggapan bahwa Hawa (perempu...